Skip to main content

Syaitan Kena Rantai

Salam All,

Today is 25th Ramadhan. I am already on leave. Not because too excited to celebrate the Eid but just to lessen the number of leaves that I still have since this year end I would be busy with the semester and would not have time to take leaves. Secondly, I took leave just to spend more time with my daughter who has safely reached home from Dungun yesterday afternoon.

'Syaitan kena rantai' ... the syaitans (devils) were chained, no syaitan during this Ramadhan, etc. ... these are some of the verses that we normally hear people were saying every Ramadhan. In actual fact, there is a hadith from Rasulallah SAW on this matter:

Narrated Abu Huraira: Allah's Apostle said, "When the month of ramadan comes, the gates of Paradise are opened and the gates of the (Hell) Fire are closed, and the devils are chained."
-Sahih Bukhari

If the devils were chained, why are there still people who commit sin? Why are we still (at times) lazy to perform ibadah? Why? Why? Why? The answer is an-nafs. Nafsu.

For the past 11 months, the syaitan (devils) have trained our nafs to perform all the bad deeds and now during the holy month of Ramadan, the month with rahmah and maghfirah we are supposed to retrain our nafs so that we will do all the good deeds as suggested by Allah and his Apostle, Muhammad SAW.

========
According the tasawwuf, the nafs can de categorised into 7: (adapted from here)


1. Nafsul Amarah, ini adalah tingkatan yang paling rendah. Nafsul amarah cenderung mendorong manusia untuk melakukan perbuatan keji dan rendah. Keberadaan nafsu ini disebutkan dalam s. Yusuf ayat 53
Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ( Yusuf 53)
Sifat orang yang mempunyai nafsul amarah antara lain mudah marah, sombong, takabbur, tamak, kikir , dengki dan hasud, sering memperturutkan keinginan syahwat secara berlebihan.
2. Nafsul Lawwamah, tingkat yang lebih tinggi adalah nafsul lawwamah. Nafsu ini sering mengkritik dan menyesali tindakan yang tidak patut yang dilakukan atas dorongan nafsul lawwamah. Keberadaan nafsu ini disebutkan dalam S Al Qiyamah ayat 2:
dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri) (Al Qiyamah 2)
Pada tingkatan ini seseorang akan menyesali perbuatan buruknya, dia sering merenung dan mengkritik semua perbuatannya yang keliru. Selanjutnya dia berusaha agar perbuatan buruk yang telah dilakukan tidak terulang lagi.
3. Nafsul Mulhammah, tingkat nafsu yang ketiga adalah nafsul mulhammah. Keberadaannya disebutkan dalam S Asy Syam ayat 7-10.
7- dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),
8- maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya,
9- sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu,
10- dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.
( Asy-Syam 7-10)
Orang yang telah mencapai tingkatan ini telah mampu mengendalikan dirinya dari keingainan nafsu yang rendah. Ia bisa membedakan yang hak dan batil. Ia selalu menjaga dirinya dari melakukan perbuatan tercela dan selalu berusaha untuk meningkatkan iman dan taqwanya. Berusaha mengerjakan amal soleh sebanyak banyaknya.
4. Nafsul Muthmainnah, tingkat nafsu yang kempat adalah nafsul Muthmainnah, keberadaan nafsu ini disebutkan dalam S Al fajr 27-31.
27- Hai jiwa yang tenang.
28- Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya.
29- Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku,
30- dan masuklah ke dalam surga-Ku.
Orang yang telah mencapai tingkat ini jiwanya jadi tenang , penuh rasa tawakkal, ridho dengan semua ketetapan Allah , tidak disentuh rasa duka , sedih dan cemas.
5. Nafsul Radhiah , orang yang mencapai tingkat ini selalu merasa puas dengan apa yang diterimanya dari Allah . Bagi mereka sama saja kejadian baik maupun buruk yang menimpanya. Hatinya tidak terpengaruh oleh kehidupan dunia. Mereka selalu kembali pada Allah dan ridho dengan semua keputusannya.
6. Nafsul Mardhiyah, Tingkat ini lebih tinggi daripada Nafsul Radhiyah. Ia adalah orang yang sangat dekat dan dicintai Allah. Merekalah yang dimaksud oleh salah satu hadist Qudsi:
SENANTIASA HAMBAKU MENDEKATKAN DIRI KEPADAKU DENGAN MENGERJAKAN IBADAH IBADAH SUNAH HINGGA AKU CINTA PADANYA. MAKA APBILA AKU TELKAH MENCINTAINYA, JADILAH AKU PENDENGARANNYA YANG DENGANNYA IA MENDENGAR, PENGLIHATANNYA YANG DENGANNYA IA MELIHAT,PERKATAANNYA YANG DENGAN YA IA BERKATA KATA, JADILAH AKU TANGANNYA YANG DENGANNYA IA BERBUAT, JADILAH AKU KAKINYA YANG DENGANNYA IA MELANGKAH, DAN AKALNYA YANG DENGANNYA IA BERFIKIR
Semua langkah dan perbuatannya dilakukan atas bimbingan dan petunjuk Allah, seperti apa yang telah dilakukan Nabi Khidir dan tidak dipahami oleh Nabi Musa .
Dia tidak bertindak dengan kemauan sendiri, melainkan dengan bimbingan dan kehendak Allah
7. Nafsul Kamilah, ini adalah tingkatan para Nabi, Rasul dan Insan Kamil, manusia suci dan sempurna, yang selalu berada dalam pengawasan dan bimbinganNya. Terpelihara dari perbuatan yang tercela.
Untuk meraih tingkatan nafsu dari level rendah sampai yang tinggi seperti tersebut diatas diperlukan perjuangan yang gigih dan ulet. Tidak bisa didapat dengan santai tanpa usaha yang maksimal. Untuk naik dari satu tingkat ketingkat yang lebih tinggi dibutuhkan waktu yang cukup lama sampai bertahun tahun.
Insya Allah dengan hati yang bersih dan jernih kita bisa meraih kemenangan dunia dan akhirat. Menjalani hidup berbahagia didunia dan akhirat , tidak ditimpa kesedihan dan duka yang berlarut larut. Kelak ditempatkan Allah di taman syurga yang abadi dan hidup kekal selamanya disana.
========
May we are able to re-train our nafs and try our best to uphold all the good things, all the ibadah that we have been doing during this Ramadan. If we fail to continue doing all the ibadah, it's a proof that we were once again defeated by the syaitanns and did not obtain maghfirah during Ramadan. But how do we re-train the nafs? By continuously doing the ibadah and seriously ask for forgiveness from Allah through our prayers, dua' and munajat in our night prayers.

O Allah! This piece of qalb (heart) belongs to you O Allah! Give us taufiq wal hidayah. And do not let our heart to go astray after You have guided us.


رَبَّÙ†َا Ù„َا تُزِغۡ Ù‚ُÙ„ُوبَÙ†َا بَعۡدَ Ø¥ِØ°ۡ Ù‡َدَÙŠۡتَÙ†َا ÙˆَÙ‡َبۡ Ù„َÙ†َا Ù…ِÙ† Ù„َّدُنكَ رَØ­ۡÙ…َØ©ً‌ۚ Ø¥ِÙ†َّÙƒَ Ø£َنتَ ٱلۡÙˆَÙ‡َّابُ
Our Lord! Cause not our hearts to stray after Thou hast guided us, and bestow upon us mercy from Thy Presence. Lo! Thou, only Thou, art the Bestower.
(Surah Al-Imran:8)
Ramadan Countdown! May we are among those who were forgiven and blessed with Jannah. Ameen.

Comments

Popular posts from this blog

Asrama K.Ngah at MITST Alam Impian

Assalamualaikum. Asrama? Biasalah. Ramai yang pergi asrama. Nothing exciting about asrama. When I was a child, I used to read the story books. Series of them. We have the Famous Five, Secret Seven, Hardy Boys, Nancy Drew, and one of my favorite is the Malory Towers. Malory Towers tells a story about life in a boarding school. It is also a reason for me wanted to go to a hostel. It motivates me. I always thought that all hostels are as envisioned by the writer. Luxury place to stay with lots of friends around. Full of activities and adventure. But...well.... story books are mostly fictitious. It was written to draw readers into purchasing it. My hostel was far worst that what I imagined. But there is where I grew up - my teenage life. Sending K.Ngah aka. Sabrina to her hostel last Sunday, brought back the Malory Towers into me. The dorm was luxurios. Single bedded. Six in a room. Large closet. Plenty of storage space (drawers attached to the bottom of the bed). And a study

Antara Anyer dan Jakarta

"Antara Anyer dan Jakarta" was a title of a song sang by Sheila Majid back in 80s. I tried to find the meaning of "Anyer" using the Google translate but to no avail. What about the song? Nothing. It's just because I just came back from Jakarta for a conference trip cum SHOPPING trip. I was accompanied by Suzana Ahmad and Norizan. Day 1: ====== Our journey began on 12th December. At approximately 5am, the driver reached my house. Izan is already there, in a short while Suzana arrived. We headed to KLIA. The check-in was a winding queue. After checking-in it leaves us with barely enough time for fajr prayer. At 9am, the tree stooges sat foot on the Indonesia land. We make a quick visit to the money changer and proceed for a cab. We have planned for the trip carefully and agreed to travel light as we will not be checking-in to the hotel upon arrival as the checking in time is only at 3pm. Instead, we headed towards our first destination, TANAH ABANG. It is r

Doa ketika ternampak orang sakit dan mohon terhindar darinya.

Assalamualaikum, Ahad malam Isnin. Malam yang sedih sayu. Biasanya hari Ahad, adalah hari ziarah anak-anak atau hari menghantar anak-anak balik ke asrama. Upon doing that, when entering the home, I can feel the emptiness. The quiet house, no greetings, no laughters. And due to that, I will make my way to the surau, to gather bits of pearl of knowledge. "O Allah, forgive me if the reason for my being in Your masjid is wrong Forgive me, Ya Allah. But truthfully, its too quiet at home, and to me, being in the masjid is more meaningful rather than locked in the empty house alone. Forgive me Ya Allah." And tonight, it was Ustaz Firdaus. Sharing on Feqah. And one thing that I really think fruitful to share is this piece of doa.  ‘Alhamdulillah hillazi aafani mim mabtalaka bihi wa fadhalaani ala kaseerim mimman khalaqa tafdheela.” The Prophet said: “If somebody recites this dua while he saw someone else in some fatigue or tensions, he would not be involved in t